Sabtu, 30 September 2017

TRADISI KOMUNIKASI (Retorika)

TEORI RETORIKA

Konsep Utama Teori retorika adalah kepada pemikiran tentang retorika, yang diungkapkan Aristoteles adalah sebagai alat persuasi. Maksudnya adalah seorang pembicara pasti tertarik untuk membujuk atau melakukan tindak persuasif kepada khalayknya, oleh sebab itu pembicara harus mempertimbangkan tiga bukti dari konsep ini, yaitu:  emosi (pathos), logika (logos) dan etika/kredibilitas (ethos). Didalam Teori ini khalayak dianggap sebagai kunci dari persuasi itu sendiri dan bahkan silogisme retoris memandang khalayak harus menemukan sendiri potongan yang hilang dari sebuah pidato yang digunakan untuk persuasi. Oleh sebab itu, diambil kesimpulan bahwa teori retorika ini adalah teori yang dimana lebih memberikan petunjuk untuk sebuah pidato ataupun presentasi yang bersifat persuasive dan efektif.
Setiap orang memanfaatkan retorika ini menurut kemampuannya sendiri. Ada yang menggunakannya secara spontan , yang sudah disusun, ada yang masih mengikuti cara pemanfaatan yang sebenarnya sudah menjadi sebuah tradisi dan bahkan ada juga yang menggunakannya dengan secara terencana.
Teori Retorika ini memainkan sebuah peranan yang penting dalam kegiatan bertutur dikarena Teori Retorika di satu pihak lebih memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih baik khususnya tentang manusia didalam hubungannya dengan bertuturnya, sedangkan di posisi lain teori retorika ini membimbing orang untuk membuat tuturnya lebih memikat, lebih gamblang dan bahkan lebih meyakinkan.

 Asumsi-asumsi Teori Retorika
Ada beberapa asumsi yang terdapat dalam teori retorika, yaitu :
a.       Public speaker atau pembicara efektif perlu mempertimbangkan audiens mereka. Asumsi ini lebih mengarah kepada konsep utaman untuk menganalisis audiens (audience analysis).

b.      Public speaker atau pembicara efektif menggunakan beberapa bukti didalam presentasinya. Bukti yang dimaksudkan ini lebih merujuk kepada cara mereka mempersuasi yaitu :
1.      Ethos merupakan tampilan dari sebuah karakter dan kredibilitas sang pembicara yang bisa mempersuasi audiens sehingga membuat mereka peduli bahkan percaya kepada pembicara. Etos masih dianggap metode yang paling efektif untuk membentuk karakter sang pembicara sebagai persuader yang membangkitkan sikap kritis audiens supaya mereka percaya dengan berbagai argument yang dia ucapkan. 
2.      Pathos merupakan sisi keterampilan dari pembicara untuk mengendalikan emosi ketika sedang berbicara di public. 
3.      Logos merupakan pengetahuan tentang hal yang akan dikomunikasikan oleh pembicara secara luas dan mendalam , struktur dari pesan yang akan disampaikan harus rasional, logis , berbasis kepada argumentasi, dan juga pesan ini disampaikan harus secara induktif maupun deduktif. Inductive reasoning adalah penyampaian sebuah pesan yang berdasarkan hipotesis dan historis, yang nantinya akan membuat para audiens untuk dapat menarik sebuah kesimpulan umum.Deductive reasoning adalah sifat yang mengharuskan seorang pembicara merumuskan pesan didalam bentuk proposisi yang umum, sehingga para audiens dapat menarik kesimpulan yang khusus.

Jenis-jenis Retorika
1. Retorika forensic (forensic rhetoric),   adalah sesuatu yang berkaitan dengan keadaan yang diamana seorang pembicara lebih mendorong timbulnya rasa tidak bersalah maupun bersalah dari audiens. Pidato ini juga disebut pidato yudisial yang biasanya dapat ditemui didalam kerangka hukum. Retorika forensic lebih berorientasi kepada masa di waktu yang lampau.
2. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric), meurpakan jenis retorika yang berhubungan dengan wacana tentang sebuah pujian ataupun sebuah tuduhan. Pidato epideiktik ini lebih sering dikenal  juga dengan pidato seremonial. Pidato jenis ini hanya disampaikan kepada publik apabila adanya tujuan untuk memuji, menyalahkan , menghormati dan juga mempermalukan. Pidato jenis ini akan lebih berfokus kepada isu sosial yang ada dimasa sekarang.
3. Retorika deliberative (deliberative rhetoric), adalah jenis retorika penentuan yang  menentukan tindakan apa saja yang boleh dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan oleh audiens. Pidato ini sering dikenal dengan pidato politis. Pidato jenis deliberative ini lebih berorientasi kepada waktu yang mendatang.


 Hukum atau Prinsip Teori Retorika
Beberapa hal penting yang harus perhatian dari tradisi ini yaitu terdapat lima hukum teori retorika sendiri, yaitu:
1.      Penciptaan (Invention)
Pengertian penciptaan dapat definisikan sebagai sebuah konstruksi atau sebuah penyusunan dari suatu argument yang berhubungan dengan tujuan dari pidatoitu senditri . Dalam hal ini integrasi tentang cara berfikir dengan sebuah argumen dalam sebuah pidato sangat di perlukan. Maka, dengan menggunakan fikiran logika dan beberapa bukti didalam pidato dapat membuat pidato tersebut menjadi lebih kuat dan bersifat persuasive. 

2.      Pengaturan (Arrangement)
Pengaturan adalah proses mengorganisasi symbol yaitu mengatur informasi yang terkait dengan hubungan diantara manusia, symbol, dan konteks yang terlibat. Bisa juga diartikan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pidatonya. 

3.      Gaya (Style)
Gaya merupakan kanon retorika yang mencakup penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide-ide didalam sebuah pidato. Dalam penggunaan bahasa harus menghindari glos (kata-kata yang sudah kuno dalam pidato), akan tetapi lebih dianjurkan menggunakan metafora (majas yang membantu untuk membuat hal yang tidak jelas menjadi lebih mudah dipahami). Penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat dan bahwa ide-ide dari pembicara diperjelas.

4.      Penyampaian (Delivery)
Penyampaian merupakan sebuah perwujudan dari sebuah symbol kedalam bentuk fisik yang mencakup berbagai variasi mulai dari nonverbal,tulisan,  bicara hingga pesan yang diperantarai.Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vocal, ejaan, kejelasan pengucapan, dialek, gerak tubuh, dan penampilan fisik. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.

5.      Ingatan (Memory)
Ingatan adalah apa yang disampaikan, baik lisan maupun tertulis termasuk yang terekam dalam ingatan.Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.

Melalui lima hukum teori retorika ini, sebelum berbicara seorang pembicara(rhetor) harus menemukan beberapa ide maupun gagasan, tentang bagaimana mengorganisasikan sebuah gagasan, tentang bagaimana membingkai sebuah gagasan ke dalam rangkaian bahasa, tentang menyampaikan sebuah gagasan dan pada akhirnya tentang bagaimana hal disampaikan itu oleh rhetor dapat menjadi sebuah ingatan untuk orang-orang  yang telah menerimanya.


Sumber:
Online
Setiano, Yearry Panji. (2008). Teori Retorika Aristoteles. Diakses pada Jumat 29 September 2017 dari http://yearrypanji.wordperr.com/2008/04/26/teori-retorika-aristoteles.html
Harmayani. (2012). Retorika dalam Teori Komunikasi. Diakses pada Jumat 29 September 2017 dari http://gunnaharmyani.blogspot.com/2012/06/retorika-dalam-teori-komunikasi.html
Sutarmi, Siti.(2014). Teori Retorika.Diakses pada Jumat 29 September 2017 dari
http://suratmisitisuratmi.blogspot.co.id/2014/03/teori-retorika.html
Ardianto, Krisna. (2010).Teori Komunikasi Retorika Aristoteles. Diakses pada , Jumat 29 September 2017 dari
http://mysteriouxboyz90.blogspot.co.id/2010/08/teori-komunikasi-retorika-aristoteles.html
Darmawan,Setia. (2013). Teori Retorika . Diakses pada , Jumat 29 September 2017 dari
http://setiadarmawan.blogspot.co.id/2013/07/teori-retorika.html
Buku
West, Richard. Pengantar Teori Komunikasi : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika, 2008


TRADISI KOMUNIKASI (Sibernatika)

TRADISI SIBERNATIKA ( Cybernetic )

Tradisi Sibernetika merupakan tradisi yang membahas mengenai suatu sistem yang kompleks di mana berbagai elemen yang terdapat di dalamnya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dan komunikasisebagai pengolah dari semua informasi tersebut.

   Komunikasi dalam tradisi ini dipahami sebagai sistem yang terdiri atas bagian-bagian atau variabel-variabel yang saling memengaruhi satu sama lain. Sistem juga membentuk sekaligus mengawasi karakter dari keseluruhan sistem. Dalam hal ini komunikasi sebagai proses informasi dan masalah yang banyak dihubungkan dengan keramaian, kelebihan beban, dan malfungsi. Tradisi ini berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Sistem ini bersifat terbuka, sehingga perkembangan dan dinamika yang terjadi dilingkungan akan diproses didalam internal sistem. Sibernetika digunakan dalam topik-topik tentang diri individu, percakapan, hubungan interpersonal, kelompok, organisasi, media, budaya dan masyarakat.

           Tradisi ini juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran, rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Teori informasi berada dalam kontek ini. Demikian pula konsep feedback menjadi penting dalam hal ini. Perkembangannya dapat pula disebut teori-teori yang dikembangkan dari teori informasi seperti yang dilakukan Charles Berger untuk komunikasi antar personal dan Guddykunt untuk komunikasi antar budaya.

        Contoh lain adalah proses pembuatan kebijakan publik oleh lembaga pemerintahan dimana tradisi cybernetic dapat menjelaskan. Terdapat proses sosialisasi untuk mendapatkan feedback dari publik sebelum suatu kebijakan ditetapkan secara permanen.
Ilmuan dari MIT, Norbert  Wiener menggunakan kata Cybernet untuk mendiskripsikan bidang intelektual yang bersifat semu. Tidak bisa dipungkiri tradisi Sibernatika atau Cybernetic yang ditemukan oleh Norbert Wiener ini dan dikombinasikan dengan Shannon – Wiever menjadi penting sebagai salah satu tradisi dalam kajian komunikasi. Beberapa tokoh penting disini adalah Wiener, Shannon-Weaver, Charles Berger, Guddykunts, Karl Deutch, dan sebagainya.

VARIAN TRADISI SIBERNATIKA
     Dalam tradisi Sibernatika (Cybernetic) terdapat beberapa varian, antara lain adalah:
a).   Basic System Theory, ini adalah format dasar. Pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar.
b).   General System Theory, sistem ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaimana sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain.
c).   Second Order Cybernetic, dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya.

Contoh kasus Tradisi teori komunikasi Sibernitika
Apakah dengan penambahan uang jajan akan meningkatkan semangat belajar mahasiswa?

       Penjelasan gambar diatas adalah untuk menjawab apakah benar dengan memberikan uang jajan lebih banyak dapat membuat mahasiswa lebih rajin belajar.
          Dengan memberikan uang jajan lebih banyak mahasiswa menjadi lebih sering jalan jalan dan dengan seringnya jalan-jalan maka mahasiswa akan sering nongkrong dan dengan sering nongkrong maka mahasiswa jadi sering jajan.
Dengan memberikan uang jajan lebih mahasiswa akan sering nongkrong, sering jajan dan akan menggampangkan tugas dengan membayar orang lain.
Jadi kesimpulan dari sistem diatas adalah dengan memberikan uang jajan lebih banyak pada mahasiswa tidak membuat mahasiswa lebih rajin.

GENRE TRADISI SIBERNATIKA
           Teori Sibernatika terdiri dari dua genre. Pertama, satu kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik penggabungan informasi (information- integration). Kedua, satu kelompok teori yang umumnya dikenal sebagai teori konsistensi ( consistency theories ). Karena dampak mereka yang sangat besar pada bidang komunikasi selama bertahun – tahun.
a. Teori Penggabungan Informasi
                Pendekatan penggabungan informasi (information intergation) bagi pelaku komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk  sikap  atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang positif atau negatif terhadap beberapa objek.
                Ide dasar dibalik teori ini bergantung pada keseimbangan keyakinan, valance dan kredibilitas.
1.     Teori Nilai Ekspektasi
                Salah satu dari ahli teori penggabungan informasi yang sangat terkenal dan dihormati adalah Martin Fishbein. Karya Fishbein menyoroti sifat kompleks dari perilaku yang diketahui sebagai teori nilai ekspektasi (expectancy-value theory). Menurut Fishbein, ada dua macam keyakinan. Pertama, yakin pada suatu hal. Ketika Anda meyakini sesuatu, Anda akan berkata bahwa hal tersebut ada. Kedua, yakin tentang adalah perasaan Anda pada kemungkinan bahwa hubungan tertentu ada di antara dua hal.

            Fishbein menyajikan hubungan antara keyakinan dan sikap dengan rumus:
            A0 = ∑ Biai

           Ao = sikap terhadap objek o
            Bi= kekuatan keyakinan tentang (mungkin atau tidak mungkin bahwa diasosiasikan dengan konsep lainya
ai= aspek evaluatif terhadap B (evaluasi dari konsep x)
           N  = jumlah kepercayaan tentang  o


Sumber :
Online
Ligori, Tamar. (2014)Resume Teori SIstem Teori Sibernatika.Diakses pada , JUmat 29 Sepember 2017 dari
http://tamarligori.blogspot.co.id/2014/05/resume-teori-sistem-teori-sibernetika.html
Mirantyas. (2010) . Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi. Diakses pada Jumat, 29 September 2017 dari
https://mirayashmine.wordpress.com/2011/01/10/tujuh-tradisi-dalam-teori-komunikasi/
Tidak diketahui. (2017). Pengertian dan Studi kasus teori komunikasi Sibernatika . Diakses pada , Jumat 29 September 2017 dari
http://tanyatugas.com/pengertian-dan-studi-kasus-tradisi-teori-komunikasi-sibernetika-sosiopsikologi/


Jumat, 29 September 2017

TRADISI KOMUNIKASI (Sosiokultural)

Tradisi Sosiokultural

Pada Tradisi Sosiokultural, pendekatan tradisi in terhadap teori komunikasi telah menunjukkan berbagai cara dan pengertian kita kepada makna, peran, norma dan juga peraturan secara interaktif didalam komunikasi. Tradisi sosiokultral ini berasal dari kajian antropologi yang mengatakan bahwa komunikasi dapat berlangsung didalam konteks budaya tertentu karena komunikasi dipengaruhi dan juga mempengaruhi kebudayaan yang ada di suatu masyarakat.

Gagasan yang utama dari tradisi ini adalah memfokuskan diri kepada bentuk interaksi antarindividu daripada karakteristik antarindividu. Interaksi adalah sebuah proses dan juga tempat pemaknaan, peraturan , peran serta nilai budaya setempat. Meskipun individu telah memproses informasi tersebut secara kognitif, tradisi ini tidaak tertarik kepada komunikasi antarindividu. 
Premis dari tradisi ini adalah ketika seseorang berbicara, maka mereka sesungguhnya sedang mencerna dan mengartikan kembali sebuah budaya. Sebagian besar orang beranggapan bahwa kata yang keluar pastinya mencerminkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pandangan kita terhadap realitas terbentuk oleh bahasa yang kita gunakan sejak lahir

Ahli bahasa dari Universitas Chicago yaitu Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah seorang pelopor tradisi sosiokultural. Hipotesis yang menjadi rujukannya adalah struktur bahasa pada suatu budaya yang menentukan apa yang orang pikirkan dan juga lakukan. Dapat difikirkan bagaimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan realitas yang ada tanpa menggunakan suatu bahasa karena bahasa hanya semata-mata dipergunakan untuk mengatasi suatu persoalan yang behubungan komunikasi atau refleksi. Dari hipotesis ini, dapat disimpulkan bahwa proses berpikir dan cara kita memandang dunia sudah dibentuk oleh bahasa yang kita sering gunakan.

Secara fungsional, bahasa dijadikan alat bersama untuk mengungkapkan suatu gagasan karena bahasa bisa dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang Sunda menyebutnya cau dan orang Jawa menyebutnya gedang.
Secara formal, bahasa merupakan semua kalimat yang dapat dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dikatakan mempunyai tata bahasanya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbunyi “dimana saya dapat menukar uang ini?”, maka akan ditulis dalam bhasa Inggris “where can I Change some money?”

Variansi didalam Tradisi Sosiokultural
Tradisi sosiokultural memiliki variasi dari sudut pandang yang bersangkutan yaitu :
1)   Paham interaksi simbolis (symbolic interactionism).Berasal dari kajian sosiologi yang menekankan bahwa pentingnya observasi dari partisipan didalam kajian komunikasi dalam mengeksplorasi hubungan sosial. 
2)   Pandangan konstruktivisme social ( the social construction reality) . adalah sebuah pandangan yang menjelaskan bagaimana pengetahuan manusia dapat dibentuk dengan interaksi sosial. 
3)   Sosiolinguistik atau kajian bahasa dan budaya. Sebagaimana kita bisa mengetahui manusia dengan bahasayang di gunakannya secara berbeda didalam kelompok budaya maupun kelompok sosial yang berbeda.
4)  Etnografi, Etnografi melihat bentuk komunikasi yang di pergunakan didalam suatu kelompok sosial, kata yang digunakan, dan maknanya  sebagaimana makna tersebut  terbagi di dalam keragaman perilaku, visual dan respons audio.
5)  Paham etnometodologi adalah observasi yang cermat akan perilaku yang kecil didalam situasi yang nyata.





Sumber :
Online

Nadjib , Supadiyanto E.A. (2012) Review Tradisi – tradisi Teori Komunikasi , Diakses Selasa . 26 September 2017 dari
http://www.kompasiana.com/supadiyanto/review-i-tradisi-tradisi-teori-komunikasi_55009b1ca33311c56f511952

Lanny. (2013). 7 Tradisi dalam Komunikasi. Diakses pada Selasa . 26 September 2017 dari
http://lannylameanda.blogspot.co.id/2013/09/7-tradisi-dalam-komunikasi.html



TRADISI KOMUNIKASI (Sosiopsikologis)

TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS

      Tradisi sosiopsikologis ruang lingkupnya mencangkup antara perhatian kepada perilaku individu, kepribadian , pengaruh dan sifat individu melakukan suatu persepsi. Dalam teori ini kajian individu disangkutkan kepada makhluk sosial yang merupakan sebuah tujuan dari tradisi sosiopsikologis ini. Psikologi sosial berdasarkan dari sebuah tradisi yang memiliki tradisi lain yang kuat didalam komunikasi.Tradisi Sosiopsikologi ini banyak digunakan dalam kajian tentang diri individu, percakapan, pesan , hubungan interpersonal, kelompok,media,  organisasi, budaya bahkan masyarakat. Meskipun teori ini memiliki banyak sekali perbedaan, namun memperhatikan suatu perilaku dan sifat pribadi dan juga sebuah proses kognitif yang berhujung kepada sebuah perilaku.

         Sekarang, teori sosiopsikologis lebih menjangkup pada sisi kognitif yang dimana teori ini memberikan pemahaman tentang bagaimana kita manusia memproses sebuah informasi. Oleh karena itu, tradisi sibernetika dan juga tradisi sosiopsikologis memiliki penjelasan yang sama tentang sistem pemprosesan pada informasi. 


         Tokoh tradisi Sosiopsikologis ini adalah Carl I Hovland, dia adalah seorang yang ahli psikologi dan juga peletak dasar dari  penelitian maupun  eksperimen yang berkaitan tentang efek-efek dari komunikasi. Penelitiannya bertujuan untuk:
1. Menjadi dasar proposisi empirik yang berhubungan dengan hubungan yang terjadi antara stimulus komunikasi, perubahan opini dan ,kecenderungan audiens.
2. Memberikan langkah awal yang bertujuan membangun teori-teori  berikutnya.
Efek yang utama diukur adalah perubahan atau perbedaan pendapat yang dinyatakan dengan sikap yang diberikan dan pesan disampaikan oleh komunikator untuk komunikan.
        
Menurut pengertian dari The Yale Attitude Studies didalam formula who says,whom,  what to ,with what effect, ada 3 variabel yang dapat disebut memiliki sifat persuasif, yaitu:
1. Who, sumber pesan (menyangkut keahlian dan kredibilitas).
2. What, isi pesan (topik dan argumen).
3. Whomkarakter penerima pesan (kepribadian, kognisi)


Teori-teori dari psikologisosial juga dapat menjelaskan tentang bagaimana proses-proses yang sedang berlangsung didalam diri manusia pada saat berkomunikasi. Manusia pada saat proses komunikasi berlangsung menghasilkan pesan dan melibatkan proses secara internal maupun external yang ada didalam diri manusia itu sendiri seperti contohnya berfikir, membuat keputusan, dan juga proses menggunakan simbol. Oleh sebab itu proses memahami pesan yang sudah diterima, manusia juga menggunakan proses psikologis untuk berpikir, memahami dan menggunakan ingatan supaya terbentuknya  pemaknaan

Tradisi sosiopsikologi ini dibagi menjadi 3 cabang:
a. Perilaku. Perilaku ini memberikan perhatian tentang bagaimana seseorang dapat berperilaku atau bertindak dalam berbagai situasi dan proses komunikasi yang dihadapinya. 
b. Kognitif. Teori kognitif memberikan pengertian bagaimana manusia memproses informasi dan juga berpusat kepada suatu bentuk pemikiran.
c.Biologis.  Faktor biologis mengungkapkan tentang bagaimana peran dari struktur & fungsi otak dan faktor genetis yang sudah dimiliki seseorang dapat mempengaruhi perilakunya.






Sumber :
Online
Ataghaista.(2013). Tradisi Sosiopsikologis. Diakses Selasa , 26 September 2017 dari 
https://ataghaitsa.wordpress.com/2013/04/25/tradisi-sosiopsikologis/
Desiesy.(2011). Teori Komunikasi BAB III. Diakses Rabu, 27 September 2017 dari
http://desiesyworlds.blogspot.co.id/2011/12/teori-komunikasi-bab-iii-tradisi.html/

Buku
Littlejohn,Stephen W.Foss, Karen A. (2009). Teori Komunikasi . Jakarta :Salemba Humanika