Tradisi Sosiokultural
Pada Tradisi
Sosiokultural, pendekatan tradisi in terhadap teori komunikasi telah
menunjukkan berbagai cara dan pengertian kita kepada makna, peran, norma dan
juga peraturan secara interaktif didalam komunikasi. Tradisi sosiokultral ini
berasal dari kajian antropologi yang mengatakan bahwa komunikasi dapat
berlangsung didalam konteks budaya tertentu karena komunikasi dipengaruhi dan
juga mempengaruhi kebudayaan yang ada di suatu masyarakat.
Gagasan yang utama dari
tradisi ini adalah memfokuskan diri kepada bentuk interaksi antarindividu
daripada karakteristik antarindividu. Interaksi adalah sebuah proses dan juga
tempat pemaknaan, peraturan , peran serta nilai budaya setempat. Meskipun
individu telah memproses informasi tersebut secara kognitif, tradisi ini tidaak
tertarik kepada komunikasi antarindividu.
Premis dari tradisi ini
adalah ketika seseorang berbicara, maka mereka sesungguhnya sedang mencerna dan
mengartikan kembali sebuah budaya. Sebagian besar orang beranggapan bahwa kata
yang keluar pastinya mencerminkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pandangan
kita terhadap realitas terbentuk oleh bahasa yang kita gunakan sejak lahir
Ahli bahasa dari
Universitas Chicago yaitu Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah seorang
pelopor tradisi sosiokultural. Hipotesis yang menjadi rujukannya adalah
struktur bahasa pada suatu budaya yang menentukan apa yang orang pikirkan dan
juga lakukan. Dapat difikirkan bagaimana seseorang dapat menyesuaikan dirinya
dengan realitas yang ada tanpa menggunakan suatu bahasa karena bahasa hanya
semata-mata dipergunakan untuk mengatasi suatu persoalan yang behubungan
komunikasi atau refleksi. Dari hipotesis ini, dapat disimpulkan bahwa proses
berpikir dan cara kita memandang dunia sudah dibentuk oleh bahasa yang kita
sering gunakan.
Secara fungsional, bahasa dijadikan alat
bersama untuk mengungkapkan suatu gagasan karena bahasa bisa dapat dipahami
bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut
sering diberi arti arbiter (semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang
Sunda menyebutnya cau dan orang Jawa menyebutnya gedang.
Secara formal, bahasa merupakan
semua kalimat yang dapat dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa
dikatakan mempunyai tata bahasanya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam
bahasa Indonesia yang berbunyi “dimana saya dapat menukar uang ini?”, maka akan
ditulis dalam bhasa Inggris “where can I Change some money?”
Variansi didalam Tradisi Sosiokultural
Variansi didalam Tradisi Sosiokultural
Tradisi sosiokultural
memiliki variasi dari sudut pandang yang bersangkutan yaitu :
1) Paham
interaksi simbolis (symbolic interactionism).Berasal dari
kajian sosiologi yang menekankan bahwa pentingnya observasi dari partisipan
didalam kajian komunikasi dalam mengeksplorasi hubungan sosial.
2) Pandangan
konstruktivisme social ( the social construction reality) . adalah
sebuah pandangan yang menjelaskan bagaimana pengetahuan manusia dapat dibentuk
dengan interaksi sosial.
3) Sosiolinguistik
atau kajian bahasa dan budaya. Sebagaimana kita bisa mengetahui manusia
dengan bahasayang di gunakannya secara berbeda didalam kelompok budaya maupun
kelompok sosial yang berbeda.
4) Etnografi, Etnografi
melihat bentuk komunikasi yang di pergunakan didalam suatu kelompok sosial,
kata yang digunakan, dan maknanya sebagaimana makna tersebut
terbagi di dalam keragaman perilaku, visual dan respons audio.
5) Paham
etnometodologi adalah observasi yang cermat akan perilaku yang
kecil didalam situasi yang nyata.
Sumber :
Online
Nadjib , Supadiyanto
E.A. (2012) Review Tradisi – tradisi Teori Komunikasi , Diakses Selasa . 26
September 2017 dari
http://www.kompasiana.com/supadiyanto/review-i-tradisi-tradisi-teori-komunikasi_55009b1ca33311c56f511952
Lanny. (2013). 7
Tradisi dalam Komunikasi. Diakses pada Selasa . 26 September 2017 dari
http://lannylameanda.blogspot.co.id/2013/09/7-tradisi-dalam-komunikasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar